Waiting For You * Remember Rain With You*Ada Cerita di Balik Hujan

Pages

Rabu, 21 Maret 2012

Antara Kebenaran Dan Dusta

Suatu hari ketika 'Ali sedang berada dalam pertempuran, pedang musuhnya
patah dan orangnya terjatuh. 'Ali berdiri di atas musuhnya itu, meletakkan
pedangnya ke arah dada orang itu, dia berkata, "Jika pedangmu berada di
tanganmu, maka aku akan lanjutkan pertempuran ini, tetapi karena pedangmu
patah, maka aku tidak boleh menyerangmu."

"Kalau aku punya pedang saat ini, aku akan memutuskan tangan-tanganmu dan
kaki-kakimu," orang itu berteriak balik.

"Baiklah kalau begitu," jawab 'Ali, dan dia menyerahkan pedangnya ke tangan
orang itu.

"Apa yang sedang kamu lakukan", tanya orang itu kebingungan. "Bukankah saya
ini musuhmu?"

Ali memandang tepat di matanya dan berkata, "Kamu bersumpah kalau memiliki
sebuah pedang di tanganmu, maka kamu akan membunuhku. Sekarang kamu telah
memiliki pedangku, karena itu majulah dan seranglah aku". Tetapi orang itu
tidak mampu.

"Itulah kebodohanmu dan kesombongan berkata-kata," jelas 'Ali. "Di dalam
agama Allah tidak ada perkelahian atau permusuhan antara kamu dan aku. Kita
bersaudara. Perang yang sebenarnya adalah antara kebenaran dan kekurangan
kebijakanmu. Yaitu antara kebenaran dan dusta. Engkau dan aku sedang
menyaksikan pertempuran itu. Engkau adalah saudaraku. Jika aku menyakitimu
dalam keadaan seperti ini, maka aku harus mempertanggungjawabkannya pada
hari kiamat. Allah akan mempertanyakan hal ini kepadaku."

"Inikah cara Islam?" Orang itu bertanya.

"Ya," jawab 'Ali, "Ini adalah firman Allah, yang Mahakuasa, dan Sang Unik."

Dengan segera, orang itu bersujud di kaki 'Ali dan memohon, "Ajarkan aku
syahadat."

Dan 'Ali pun mengajarkannya, "Tiada tuhan melainkan Allah. Tiada yang ada
selain Engkau, ya Allah."

Hal yang sama terjadi pada pertempuran berikutnya. 'Ali menjatuhkan
lawannya, meletakkan kakinya di atas dada orang itu dan menempelkan
pedangnya ke leher orang itu. Tetapi sekali lagi dia tidak membunuh orang itu.

"Mengapa kamu tidak membunuh aku?" Orang itu berteriak dengan marah. "Aku
adalah musuhmu. Mengapa kamu hanya berdiri saja?" Dan dia meludahi muka 'Ali.

Mulanya 'Ali menjadi marah, tetapi kemudian dia mengangkat kakinya dari
dada orang itu dan menarik pedangnya. "Aku bukan musuhmu", Ali menjawab.

"Musuh yang sebenarnya adalah sifat-sifat buruk yang ada dalam diri kita.
Engkau adalah saudaraku, tetapi engkau meludahi mukaku. Ketika engkau
meludahi aku, aku menjadi marah dan keangkuhan datang kepadaku. Jika aku
membunuhmu dalam keadaan seperti itu, maka aku akan menjadi seorang yang
berdosa, seorang pembunuh. Aku akan menjadi seperti semua orang yang
kulawan. Perbuatan buruk itu akan terekam atas namaku. Itulah sebabnya aku
tidak membunuhmu."

"Kalau begitu tidak ada pertempuran antara kau dan aku?" orang itu bertanya.

"Tidak. Pertempuran adalah antara kearifan dan kesombongan. Antara
kebenaran dan kepalsuan". 'Ali menjelaskan kepadanya. "Meskipun engkau
telah meludahiku, dan mendesakku untuk membunuhmu, aku tak boleh."

"Dari mana datangnya ketentuan semacam itu?"

"Itulah ketentuan Allah. Itulah Islam."

Dengan segera orang itu bersimpuh di kaki 'Ali dan dia juga minta diajari
dua kalimat syahadat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar