Waiting For You * Remember Rain With You*Ada Cerita di Balik Hujan

Pages

Rabu, 21 Maret 2012

Ada Apa Dengan Aceh...?


Suatu hari aku berdiri didepan khalayak ramai menggelar 'Aceh Appeal', menggalang dana, menebar dan menyebar peduli dan prihatin, buat yatim yatim Aceh. Namun itu khayal belaka, itu suatu impian dan lamunan, lalu mimpi dan khayal ini kusimpan dan kusudutkan direlung sudut dan sela hati.

Setiap saat  kuusung hal Aceh dimajlis kami selalu ditepis dan dibekukan,  aku sebel dan kecewa. Aku tak ada daya saat itu. Upaya untuk meyakinkan memang tidaklah mudah. Pasalnya memang aku sendiri tak tahu banyak tentang Aceh. Kadang aku jadi malas dan enggan. Karena rumit dan ruwetnya kalian punya hal, sukar untuk diurai. Namun halmu tetap kusimpan dan tetap menjadi agenda.

Disela sela kesibukan rutin mencari simpati dan menebar peduli buat bocah bocah Maluku, lewat jejaring 'maya pada' yang mengglobal, ternyata hal ini sempat membuat saudaraku yang Aceh tersengat. Deraan, kritik dan teguran tak luput dan mengundangku 'tuk menohok ke Aceh'.  Akupun terhenyak.  Sangat mungkin aku ini kurang bijak, menutup sebelah mata buat bocah bocah Aceh yang sama sama punya derita yang bahkan tak berkesudahan.

Lalu aku bertanya pada diri sendiri. Benarkah aku tidak bijak, benarkah aku telah menganak tirikan Aceh? tuntutan itu kerap datang dan mengundang sementara rasa berdosa  mengiringi lalu menyelinap dibalik tirai hati...disimpan.

Masih belum surut usahaku lalu dengan berat hati kucoba lagi kuusung masalahmu lewat majlisku  kendati kutahu jawabnya akan sama 'ditepis'. Kalian tahu  ucap mereka? 'Sabarlah..tunggulah kita harus melawat dan menengok mereka'. Buatku ini cukup kendati  mungkin basa basi.

Tiga tahun selam  aku sempat bersitegang dengan rekan via email tentang Aceh.'Bantulah anak yatim Aceh' sarannya, lalu kujawab 'Di Aceh kan tidak ada jihad'  oh....dia berang, kami malah  jadi berseteru dan saling tak menyapa  karena miskonsepsi  dan misinterpretasi tentang jihad.  Kami bungkam  gara gara soal Aceh dalam pemahaman jihad.

---

Syahdan suatu hari deraan itu kian menguat untuk  bertandang ke Aceh, melawat sang yatim dan ibu janda mereka. Tekad dan determenasi setara, rasa rasanya saat itu. Namun nyaris sahabat dan kerabat tak membolehkan aku untuk menginjak tanah Rencong yang lama kurindu...

'Teteh jangan dulu ke Aceh..belum waktunya' ujar mereke merajuk.  Aku protes, aku menggelang tak mengerti. Ragu dan bimbang hadir kembali, bersaing menggeluti hati.
Lalu aku bertanya ' Ada apa dengan Aceh?' Niatpun jadi urung dan aku tahu sahabat di Aceh yang mengharap kunjungaku jadi kecewa.

Dengar anak-anakku di Aceh

Anakku ...suatu hari aku saksikan  di layar teve lewat kepingan cd. Wajah kalian yang cantik dana tampan menyembul. Kalian berjejer dengan puluhan  temanmu menembangkan ritme dan lyrik Acehmu. Diantaramu ada seorang vokalis menyampaikan pesan  duka laramu sebagai bocah bocah yang nelangsa dan terdzalimi.

Anakku..aku menyaksikan wajahmu yang hiba mohon welas asih akan keadilan, menghentikan bentuk kedurjanaan apapun alasannya. Kami tahu bahwa masa kanak kanakmu telah terenggut oleh dan atas nama egoisme dan emosi belaka, masa riamu terampas oleh dan atas nama kedzaliman, ketama'an dan kekuasaan. Anakku  dadaku megap gedebukan, pelupukku memanas hingga derai airmata tak sanggup kubendung. Pesamu lirihmu sungguh telah merobek lembar lembar hatiku, air matamu telah meremas remas relung hatiku yang paling dalam.

Kalian bagai anak ayam yang kelaparan dilumbung padi, emak dan indukmu menghilang disambar elang ganas- kau terhuyung huyung kehilangan kendala....sungguh  paradok. Sayangnya saat itu aku  masih terlalu lemah untuk segera melangkah bertandang kenegerimu, masih kecut dan takut. Anakku pelan namun pasti tekad itu susesungguhnya sudah mulai mengokoh untuk berkunjung..namun hati ini tetap bertanya tanya ...ada apa dengan Aceh?

Kini.....

Anakku..impian dan khayal itu kini menjadi nyata. Berdiri didepan khalayak mengimbau, yang pernah kudambakan dulu itu kini bukan lagi impian namun sudah nyata..oh anakku. Kami ajak dan panggil peduli mereka  untuk kalian di Aceh, dari semua daratan dan pulau, dikota dan digedung gedung kantor dan sekolah, kedai, pasar, trotoar, jalanan, station hingga bocah balita bernama Salsabila menenteng ember bersama bundanya entah itu dibundaran Trafalgar, station Liverpool, hingga yang lalu lalang melempar poundnya.

Begitu pula Putri diutara, gadis cilik nan cantik di Aberdeen sana mengajak guru dan kepala sekolah serta teman sebaya untuk unjuk peduli mereka untuk kalian. Konon  bingkisan besar itu akan melepas sauhnya untuk beranjak segera yang akan merelai duka kalian. Tunggulah

Kalian tahu kalau anak manusia, semua mahluk dibumi ini, hingga semutpun menangisimu, peduli dengan duka lara kalian...dan peduli ini mereka sampaikan lewat tayangan tivi atau berhadapan. Penasaranku menggelitik lalu kutanya kenapa mereka peduli dengan kalian? "Kami merasa ada keterikatan dengan Indonesia terutama dengan Aceh, terutama bocah bocah dan yatim Aceh" dan mereka melepas harta dan kekayaan mereka untuk kalian bahkan jiwa.
Kusampaikan rasa haru dan terimakasihku atas nama kalian di Aceh dan pesan mereka ' 'Tolong doakan kami ' mereka yang di Amerika, Canada, Jerman, Inggris dan Irlandia dan banyak lagi...dari seluruh ras, bangsa, warna  dengan pesan 'please make doa for us' Lalu kukatakan pada mereka' insya Allah doa warga dan anak anak Aceh akan makbul karena mereka adalah orang orang yang tengah terkena bencana, bersimbah dengan  duka lara, terdzalimi dimasa lalu pula'.

Aku tertunduk, suaraku tersendat penuh haru, haru atas peduli dan cinta mereka untuk kalian. Anakku berjanjilah untuk hidup rukun dimasa depan, terutama sesamamu, serumpun dan seagamamu, kalian adalah ibarat satu tubuh, jangan kau dzalimi diri kalian.

Tunggulah anakku hingga aku berada didekapanmu, hingga aku mengusap dan menyentuh helai rambutmu kendati aku masih bertanya tanya...ada apa dengan Aceh ?.

London, 19 Januari 2005
al_shahida@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar