Waiting For You * Remember Rain With You*Ada Cerita di Balik Hujan

Pages

Rabu, 04 Januari 2012

Beautiful

Beautiful
Penulis: Abu Aufa (http://www.abuaufa.net/)


Menjelang tengah hari yang indah di Iizuka. Suasana
terang-benderang dengan sinar mentari yang menerobos
dari balik awan. Bumi bagaikan diselimuti cahaya
putih. Sinarnya yang berpendar-pendar membuat silau
mata memandang. Alam sekitar terasa hangat bersahabat,
walau udara di musim dingin tak urung pula menampar
permukaan kulit yang terbuka.

Hmm...
Sabtu yang cerah. Saatnya menikmati kebersamaan dengan
seisi anggota keluarga. Hari kerja yang biasanya
melelahkan seakan terhapus oleh wajah-wajah ceria.
Bahkan, sekedar berbelanja di sebuah supermarket dekat
rumah pun menjadi hiburan yang tak kalah meruahkan
kebahagiaan. Kemudian sibuk memilih barang-barang
untuk keperluan sepekan. Setelah selesai, segera
beranjak pulang.

Sambil bersenda-gurau disela obrolan, perjalanan
menjadi tak terasa panjang dan membosankan. Walaupun,
ingin pula rasanya kaki melangkah lebih cepat agar
segera merasakan kehangatan dari pemanas ruangan di
rumah. Namun aneka ragam barang belanjaan di keranjang
baby car, semakin membuat kedua pasang rodanya
berdecit gusar pada aspal jalanan.

Uups...
Sesaat istri menghentikan pembicaraan seraya menunjuk
ke satu arah. Lalu terukir senyuman di wajahnya.

"Hmm... Si Morning," aku bergumam seraya tersenyum
pula.

Sebuah sapa yang sering dilontarkannya setiap kali
bersua, membuatku memanggilnya Si Morning. Mungkin
sapaan itu pula yang pernah dan selalu mengukir kesan
di hati karena keramahan sifatnya.

Langkah anak istimewa itu masih saja tampak goyah,
sehingga dari jauh sosoknya tetap saja bisa dikenal.
Tubuhnya yang pendek dibalut baju hangat berlengan
panjang, sementara topi putih menutupi kepalanya yang
berukuran besar dan dicukur botak. Sepintas ia
terlihat tersenyum lebar, berpadu dengan ciri khas
spesifik mongolism di wajah. Kedua matanya sipit dan
turun, serta letaknya saling berjauhan. Dagu yang
kecil juga membuat lidahnya seakan menonjol keluar.

Anak laki-laki itu pasti lelah. Butiran keringat masih
tersisa dan tampak berkilauan di wajah. Namun, matanya
berbinar-binar bagaikan melihat sesuatu yang sangat
berharga ketika melihat anak kami, Zafirah Asy-Syifa.
Kemudian dari bibirnya yang setengah terbuka terucap
kata, "Beautiful...," dengan nada suara terdengar
gagap.

Seketika itu juga aku kembali terperangah karena
ucapannya. Sesaat, pikiran mengembara.

Tentu saja buah hati tercinta ini tidaklah secantik
seperti pujiannya, tapi Asy-Syifa laksana putri raja
nan jelita bagi kami berdua. Pun, semua anak yang
dilahirkan di dunia pasti tampan dan cantik menawan,
karena mereka adalah ciptaan Allah yang Maha Sempurna.
Anak-anak juga sebuah anugerah terindah dan berharga
yang dimiliki setiap orang tua.

Namun entahlah...
Dengan penampilan fisiknya yang aneh dan berbeda,
mungkin sukar rasanya ia akan menerima pujian serupa
dari orang lain yang melihatnya. Tapi bagi kedua orang
tuanya, Si Morning adalah lelaki tertampan di dunia
dan kebanggaan mereka. Aku yakin pula bahwa ia adalah
seorang anak yang tumbuh dalam keluarga yang tak pelit
memberikan penghargaan. Bukankah seorang anak akan
belajar dari apa yang orang tua ajarkan terhadap
dirinya?

Sebagaimana mereka tumbuh dalam cacian, maka ia akan
menjadi orang yang gemar mencaci. Bila tumbuh dalam
keluarga yang kering terhadap apresiasi, akan sulit
rasanya berharap ia memberikan juga apresiasinya
kepada orang lain. Dan jika anak tersebut tumbuh dalam
nuansa penuh curahan kasih sayang, kelak ia pun akan
menjadi seseorang yang senang mengasihi.

Saat ini...
Aku teramat yakin dan percaya. Anak laki-laki istimewa
itu tentu tumbuh dalam sebuah keluarga yang suka
memberikan pujian, kasih dan cinta. Padahal segala
kekurangan yang jelas ada pada dirinya mungkin tak
akan membuat orang lain memandang walau dengan sebelah
mata.

WaLlahu a'lamu bish-shawaab.

*MERENGKUH CINTA DALAM BUAIAN PENA*
Al-Hubb FiLlah wa LiLlah,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar